Parlemen Sri Lanka membatalkan pertemuan yang direncanakan untuk menghemat bensin.
Komun.id, KOLOMBO – Sri Lanka gagal bayar utang luar negeri sebesar US$51 miliar pada April. Negara ini sedang dalam pembicaraan dengan Dana Moneter Internasional (IMF) untuk dana talangan yang bisa memakan waktu berbulan-bulan.
Sri Lanka juga menghadapi krisis bahan bakar yang memaksa warganya membatasi perjalanan dengan kendaraan.
Menteri Energi Kanchana Wijesekera mengatakan, pasokan bensin yang dijadwalkan Kamis (23/6/2022), telah ditunda dan dia mengimbau masyarakat untuk mengurangi kegiatan yang membutuhkan bensin. Parlemen juga telah membatalkan pertemuan untuk menghemat gas sebanyak mungkin.
“Parlemen Srilanka batalkan sisa pertemuan selama seminggu untuk menghemat bahan bakar,” kata pejabat itu Berita18Kamis.
Krisis ekonomi yang dengan cepat menghancurkan Sri Lanka telah menghabiskan pasokan bensin negara yang sudah langka itu. Kekurangan mata uang asing juga membuat importir tidak mampu membiayai pembelian makanan, minyak dan obat-obatan.
Sementara itu, inflasi tidak terkendali dan pemadaman listrik secara berkala telah menimpa 22 juta penduduk negara Asia Selatan itu. Pejabat parlemen mengatakan anggota parlemen memutuskan untuk tidak mengadakan pertemuan pada hari Kamis dan Jumat untuk menghindari penggunaan bensin yang tidak perlu.
Jadwal itu muncul beberapa hari setelah pihak berwenang menutup sekolah dan beberapa kantor negara karena alasan yang sama. “Hanya bensin dalam jumlah terbatas yang akan didistribusikan ke stasiun pompa hari ini dan besok,” katanya kepada wartawan di Kolombo.
Sejumlah pengendara diketahui mengantre berhari-hari untuk mengisi tangki bensin kendaraannya. Sebelumnya, Perdana Menteri Ranil Wickremesinghe mengakui bahwa ekonomi negara itu telah mencapai titik “kehancuran total”.
Negara ini sekarang menghadapi situasi yang jauh lebih serius di luar kekurangan bahan bakar, gas, listrik dan makanan.
(AV/JK)